Always Beside Me

Karya Nika Lusiyana
Always Beside Me

Matahari mulai beranjak turun, gumpalan awan ceria berjalan perlahan, melewati setiap detik yang berharga, melewati segenap kenangan di atas teratai Shirakaba. Seorang laki-laki tengah menyipitkan matanya dan melihat keadaan sekitar, keningnya berkerut. 2 detik kemudian bibirnya tersenyum dan tangannya menggerak-gerakkan sesuatu yang dipegangnya. Pandangannya beralih ke sesuatu yang ada di depannya, sebuah kanvas di atas papan, samar- samar sudah terlihat sketsa Danau Shirakaba yang indah. Baru setengah pekerjaan, pikirannya sudah merasa lelah. Ia pun menghentikan lukisannya. Dengan malas, ia membereskan semua alat lukisnya.

Laki-laki itu mendekati sebuah kursi yang ada di tepi danau setelah menyimpan barang-barangnya di penitipan barang. Ia berdiri tepat di depan kursi, kemudian menjejalkan tangannya ke dalam saku jaket. Dilihatnya air danau yang berkilauan karena tertimpa cahaya matahari sore. Ia melihat bayangan dirinya sendiri yang terpantul di sana, kemudian tersenyum kecut pada dirinya sendiri. Tak lama setelah bosan memandangi air danau, laki-laki tersebut menjatuhkan dirinya ke kursi. Raut wajahnya berubah, ada sesuatu yang berat menggelayuti pikirannya. Beberapa kali ia mendesah keras, lalu mendecakkan lidahnya. Ia merasa tak pernah segelisah ini, ‘benarkah aku harus begini? Benarkan laki-laki itu akan menepati janjinya, tak akan menyakiti seseorang yang penting baginya?’ Pertanyaan demi pertanyaan terus menyerang otaknya.

Namun semua itu lenyap begitu saja, saat tetes-tetes air dari langit menyentuh rambut dan wajahnya. ‘gerimis….’. Ia pun langsung mencari tempat yang teduh dengan langkah santai sementara orang di sekelilingnya sibuk berlarian mencari tempat yang tak terkena air hujan. Senyumnya mengembang, agaknya suasana seperti ini dapat melupakan kegelisahannya untuk sementara.

Akhirnya ia memilih berteduh di bawah pohon yang terdapat di sekeliling kawasan danau. Saat berteduh, kesadarannya tenggelam lagi dalam pikiran yang membuatnya begitu lelah, kesadaran bahwa ia akan terus menjauhi sesuatu yang begitu penting dalam hidupnya. Dan pada saat itu, muncul pertanyaan dalam benaknya, pertanyaan yang mampu membuat dadanya begitu sesak. ‘dan apakah aku akan bahagia jika aku terus saja melihatnya dari jarak yang begitu jauh? Bukankah ini sesuatu yang paling tidak ku inginkan? Lalu apa yang harus kulakukan?’ tanyanya dalam hati.

Waktu terus berjalan cepat dimatanya, rintik hujan sudah sedikit mereda. Ia merentangkan tangannya dan menghirup udara
dalam-dalam lalu menghembuskannya. Warna-warni pelangi di langit yang begitu cantik, membuat wajahnya sungkan berpaling. Ia terus saja memandanginya, walau kini warnanya kian memudar. Entah kenapa, dirinya merasakan ada sesuatu yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Ya… Sesuatu yang tak pernah terpikir olehnya.

‘benar,. Aku bisa.. Aku bisa melakukannya,. Tapi akankah ini berhasil? Yes, why not?’ Seulas senyum tersungging di bibirnya. Bukan karena ia senang, tapi karena ia baru menyadari bahwa memang awalnya ia sudah menyerah dan iapun menyadari pula bahwa dirinya telah bangkit kembali di sore yang begitu indah. ‘yea…h untungnya waktu tak berhenti saat aku telah menyerah’

Cerpen Karangan : Nika Lusiyana
Facebook : Haruka Yuzu
Anda Sedang membaca Cerpen

Always Beside Me

SEMOGA ANDA SENANG MEMBACANYA
Karangan : Nika Lusiyana Facebook : Haruka Yuzu Cerpen Karangan Nika Lusiyana Lainnya


EmoticonEmoticon